LatestNewsofWorld.com, JAKARTA – Ketegangan berkepanjangan antara Amerika Serikat dan Iran tampaknya mulai mencair. Presiden Donald Trump menyatakan bahwa kedua negara kini semakin dekat mencapai kesepakatan nuklir jangka panjang, sebuah perkembangan yang cukup mengejutkan mengingat hubungan keras antar kedua negara dalam beberapa tahun terakhir.
Dalam kunjungannya ke kawasan Teluk baru-baru ini, Trump menegaskan bahwa negosiasi serius tengah berlangsung dengan pihak Iran. Ia mengklaim bahwa Teheran sudah “semacam menyetujui” sejumlah syarat penting dalam pembicaraan.

“Kami sedang menjajaki jalan damai. Ada dua opsi: satu sangat baik dan diplomatis, lainnya keras dan penuh risiko. Saya tidak ingin mengambil opsi kedua itu,” kata Trump sebagaimana dilansir dari pernyataan pers.
Negosiasi Belum Final, Masih Ada Jurang Perbedaan
Meski Trump terdengar optimistis, sumber internal dari Iran mengungkapkan bahwa masih terdapat perbedaan mencolok dalam perundingan. Salah satu tantangan utama adalah soal program pengayaan uranium Iran yang masih menjadi “garis merah” bagi kedua belah pihak.
Pertemuan terakhir antara negosiator AS dan Iran berlangsung di Oman pada akhir pekan lalu. Meskipun belum ada titik temu, kedua pihak sepakat untuk melanjutkan pembicaraan lebih lanjut dalam waktu dekat.
Dari sisi Amerika, pemerintahan Trump telah menawarkan proposal konkret selama putaran negosiasi keempat tersebut. Namun, sejumlah sumber diplomatik mengungkapkan bahwa Iran menganggap tawaran itu masih belum cukup menjamin pencabutan sanksi ekonomi yang selama ini menjerat negara tersebut.
Iran: Kami Siap Kompromi, Tapi Sanksi Harus Dihapus
Dalam wawancara eksklusif dengan NBC News, pejabat senior Iran menyatakan kesiapan untuk menyetujui kesepakatan—asalkan sanksi ekonomi utama dicabut. Ali Shamkhani, penasihat utama Ayatollah Ali Khamenei, mengungkapkan bahwa Iran bersedia:
-
Berkomitmen tidak membuat senjata nuklir
-
Membuang cadangan uranium yang sangat diperkaya
-
Mengizinkan inspektur internasional untuk mengawasi program nuklir
Namun, tuntutan Amerika agar Iran sepenuhnya menghentikan pengayaan uranium menjadi batu sandungan. Teheran menegaskan bahwa pengayaan tersebut adalah hak kedaulatan mereka untuk tujuan damai, seperti pembangkitan listrik dan riset medis.
“Kami bisa kurangi tingkat pengayaan, tapi menghentikannya sepenuhnya adalah garis merah,” ujar pejabat Iran tersebut.
Kesepakatan Parsial dan Tahap Bertahap Masih Diperdebatkan
Iran juga menunjukkan kesediaan untuk secara bertahap mengurangi jumlah uranium yang disimpan di fasilitasnya. Namun, mereka tetap menolak jika diminta menurunkan stoknya di bawah batas yang telah disepakati dalam perjanjian nuklir 2015, yang sebelumnya ditinggalkan Trump secara sepihak pada 2018.
Sumber Iran menyebut bahwa satu kendala utama adalah keengganan AS untuk mencabut sanksi besar sebagai imbalan. Bahkan rencana penghapusan uranium dalam beberapa tahap pun ditolak oleh pihak Amerika.
“Amerika masih belum memberikan jaminan nyata soal pencabutan sanksi. Itulah masalah utamanya,” ujar sumber tersebut.
Reaksi Keras dari Presiden Iran
Sementara itu, Presiden Iran Masoud Pezeshkian menyampaikan kritik tajam terhadap pernyataan Trump yang menyebut Iran sebagai “kekuatan paling merusak” di Timur Tengah. Pezeshkian menuduh Amerika justru sebagai pihak yang menciptakan instabilitas kawasan.
“Trump bicara soal HAM, tapi tindakannya justru mengganggu stabilitas kawasan dan menghukum rakyat kami dengan sanksi,” tegasnya.
Prospek tercapainya kesepakatan nuklir baru antara AS dan Iran kini berada di persimpangan penting. Meski Presiden Trump menyuarakan optimisme dan Iran menunjukkan sikap terbuka, perbedaan mendasar dalam posisi kedua negara tetap menjadi tantangan besar. Isu pengayaan uranium dan pencabutan sanksi adalah inti dari negosiasi ini. Jika tidak ada kompromi nyata dalam waktu dekat, kesepakatan tersebut berisiko kembali terperosok ke dalam kebuntuan. Namun, satu hal yang pasti: kedua pihak kini setidaknya mulai berbicara dalam nada yang lebih diplomatis, dan itu sendiri sudah menjadi langkah maju di tengah ketegangan yang telah berlangsung bertahun-tahun.